Jumat, 23 April 2010

Laporan Buku “Misi Menurut Perspektif Alkitab” Karangan: J.R.W. Stott, J. Verkuyl, dkk.


Oleh: Sarmen Sababalat


1. ALKITAB DALAM PENGINJILAN DUNIA
• Mandat Untuk Penginjilan Dunia. Mandat dari penginjilan adalah seluruh Alkitab yang terdapat dalam ciptaan Allah, dalam karakter Allah, dalam janji Allah, dalam Kristus Allah, dalam Roh Allah, dan dalam gereja Allah.
• Berita Untuk Penginjilan Dunia. Berita kita itu berasal dari Alkitab. Di satu sisi, berita itu untuk kita, di sisi lain berita itu tidak diberikan kepada kita. Kita harus mengombinasikan ketepatan dengan kepekaan sehingga bisa menghubungkan Firman dengan dunia, Injil dengan konteks, Kitab Suci dengan kebudayaan.
• Model Untuk Penginjilan Dunia. Pada dasarnya, bahwa Firman telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Yang Ilahi dikomunikasikan melalui yang manusiawi sehingga kita mendapatkan model Yesus yang telah menjadi manusia. Untuk menyatakan diri-Nya, Ia mengosongkan dan juga merendahkan diri-Nya (Flp 2:7-8).
• Kuat Kuasa Untuk Penginjilan Dunia. Untuk masuk ke dalam kemuliaan Kristus, Luther berkata “Sepatah kata kecil akan meruntuhkannya”. Kita mungkin sangat lemah. Tapi justru dalam kelemahan itulah kekuatan Kristus disempurnakan dan kata-kata kelemahan manusialah yang didukung oleh Roh dengan kekuatan-Nya. Maka ketika kita lemah, kita kuat (1 Kor 2:1-5; 2 Kor 12:9-10).

2. ALLAH YANG HIDUP ADALAH ALLAH MISIONER
Allah sebagai Allah yang missioner dapat disimpulkan: pertama, Ia adalah Allah sejarah. Dalam hal ini, Yesus Kristus sebagai tokoh kunci. Kedua, Ia adalah Allah perjanjian, yaitu Allah yang penuh anugerah untuk berjanji, dan Ia selalu menggenapi janji-Nya. Ketiga, Ia adalah Allah berkat (Kej 12:2). Perbuatan-Nya yang mendasar dan khas adalah memberkati umat dengan keselamatan. Keempat, Ia adalah Allah penuh rahmat sehingga tidak bisa terhitung jumlahnya (Wahyu 7:9). Kelima, Ia adalah Allah misi. Seluruh bangsa tidak berkumpul secara otomatis, tetapi kita diutus oleh Allah sehingga kita harus mendatangi mereka dengan Injil.

3. PANGGILAN MISIONER ISRAEL
• Orang bukan Yahudi PL Menjadi Percaya. Kita tidak perlu diingatkan tentang semua kota yang bertobat pada waktu pekabaran Injil oleh seorang Yahudi, misalnya Yunus dan orang Niniwe. Mungkin masih ada yang ragu bahwa PL secara terbuka memerintahkan orang percaya dan para utusan dalam PL untuk pergi kepada orang bukan Yahudi.
• Tiga Perikop Dasar. Ketiganya adalah: pertama, menyatakan rencana-Nya untuk memberkati bangsa-bangsa (Kej 12:3); kedua, berpartisipasi dalam keimaman-Nya sebagai perantara berkat itu (Kel 19:4-6); ketiga, membuktikan maksud-Nya untuk memberkati semua bangsa (Mzm 67).
• Saksi Berduyun-duyun. Kita mengharapkan api Injil dalam Kej 12:2-3, dan panggilan untuk menjadi bangsa yang kudus dan imamat rajani membakar kita untuk memberitakan Injil mulai hari ini dan seterusnya sehingga semakin banyak orang berduyun-duyun datang kepada Allah yang menjadi sumber keselamatan itu.

4. DASAR ALKITABIAH UNTUK MANDAT PENGINJILAN SEANTERO DUNIA
• Motif Universal. Motif keuniversalan PL terlihat dalam Kejadian 10. Semua bangsa muncul dari tangan Allah yang kreatif dan berdiri di bawah pengawasan mata-Nya yang penuh kesabaran dan penghakiman. “Allah seluruh bumi” sepintas nampak mempersempit kepentingan-Nya hanya pada sejarah pribadi sebuah keluarga suku, tapi sesungguhnya tidaklah demikian. Untuk satu masa, Israel “keturunan Abraham” dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (Kel 19:3, dst), tapi hanya agar melalui Israel Allah dapat membuka jalan untuk mencapai maksud-Nya yang mencakup dunia. Pilihan Allah atas Abraham dan Israel menyangkut seluruh dunia. Allah memilih Israel dalam persiapan untuk membuka dan menyingkapkan maksud universal-Nya.
• Motif Pertolongan dan Pembebasan. Motifnya terlihat: pertama, Yahweh, penebus Israel. Karya Allah yang menyelamatkan Israel terkait erat dengan tema universalisme. Yahweh, Allah seluruh bumi, untuk menyatakan kasih-Nya dan memenuhi firman-Nya kepada Israel dengan membebaskannya dari ikatan perbudakan dengan tangan-Nya yang kuat dan terulur (Ul 9:26; 13:5, dst); kedua, Yahweh, penebus bangsa-bangsa. Para nabi Israel semakin menyadari bahwa yang akan menerima tindakan penebusan Allah bukan hanya Israel. Allah akan mendobrak untuk memulihkan ketuhanan-Nya yang membebaskan atas seluruh dunia bangsa-bangsa. Sundker dan Blauw memperlihatkan bahwa para nabi itu mengembangkan tema ini secara sentripetal; yakni sesudah pembebasan mereka, bangsa-bangsa lain melakukan ziarah kembali ke Zion gunung Tuhan. Tema ini juga diperlihatan dalam Mazmur 87; ketiga, metode Allah dalam mencapai pembebasan. Metode yang digunakan misalnya tentang Nyanyian Hamba dalam Yesaya 40-55. Nyanyian Hamba yang keempat dalam pasal 53 menyingkapkan rahasia bagaimana Hamba Tuhan akan menunaikan misi-Nya. Perikop ini juga menggambarkan Hamba yang menjadi korban pembantaian manusia paling kejam.
• Motif Misioner. Para nabi tidak lelah mengingatkan Israel bahwa pemilihan mereka bukanlah suatu hak istimewa yang dapat secara egois dipertahankan bagi dirinya sendiri; pemilihan adalah panggilan untuk melayani yang mencakup kesaksian di antara bangsa-bangsa. Dipilih oleh Allah untuk menjadi penerima khusus kasih karunia dan keadilan-Nya, Israel kini memikul tugas sesuai dengan panggilan itu, yakni untuk hidup sebagai umat Allah di antara bangsa-bangsa lain untuk memperlihatkan kepada mereka kasih karunia, rahmat, keadilan, dan kekuasaan-Nya yang membebaskan.
• Motif Perlawanan. PL mengaitkan motif perlawanan dengan erat terhadap tema doksologis: kemuliaan Yahweh-Adonai akan dinyatakan di antara semua bangsa. Maka setiap orang akan mengenal-Nya sebagaimana Ia adanya, “Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yun 4:2).
• Kitab Yunus. Dewasa ini banyak pembicaraan dan tulisan mengenai “mendidik jemaat” dan “mendidik tenaga” untuk misi. Yunus adalah salah satu pelajaran dalam mendidik seseorang untuk menjadi misionaris: kitab ini menyingkapkan perlunya pertobatan radikal dari kecenderungan-kecenderungan alami seseorang dan perubahan kehidupan secara total sehingga hidup itu dapat melayani dalam misi.
• Periode Antar Perjanjian. Yesus dan Paulus, pada dirinya sendiri, tidak menentang misi Yahudi kepada orang bukan Yahudi. Sesungguhnya Paulus menganggap pekerjaannya di antara orang bukan Yahudi sebagai kelanjutan dari apa yang telah dimulai orang bukan Yahudi dalam Diaspora di antara orang bukan Yahudi. Karena itu, waktu Yesus mulai menyatakan ajaran-Nya sendiri, Ia tidak menggunakan tradisi Yahudi akhir sebagai rujukan pendukung, melainkan PL itu sendiri.
• Perjanjian Baru: Kitab Misi Dunia. Ada fondasi dan praktik misi dalam PB: Yesus, juruselamat dunia. Semua motif PL yang beraneka ragam itu bertemu dalam pribadi dan pekerjaan Yesus dari Nazaret. Keselamatan yang akan datang, telah dipersaksikan para nabi, menjadi nyata dalam Yesus Kristus.
• Mandat Misioner Dalam Injil Matius. Matius 10 mencatat perintah Yesus kepada murid-Nya untuk menyatakan kabar itu kepada Israel. Pasal 10 dan 28 tidak bertentangan tetapi keduanya memperjelas situasi sejarah pada waktu setelah kebangkitan ketika para murid dipanggil untuk terlibat dalam misi. Bila keduanya dilihat sebagai kesatuan, kedua pasal ini mengingatkan bahwa pintu sekarang terbuka bagi setiap orang.
• Amanat Agung dalam Matius 28. Pesannya adalah: pertama, Otoritas Yesus. Tidak ada wilayah, bangsa, atau budaya yang sekarang terletak di luar daerah kekuasaan dan otoritas-Nya. Mandat misi juga bukanlah dasar bagi pemahkotaan-Nya. Justru mandat itu bersumber dari kenyataan otoritas-Nya. Kedua, mandat Yesus yang berkesinambungan untuk misi. Hal itu terlihat dalam frasa “Karena itu pergilah”. Ia memerintahkan kita untuk menjadikan murid-murid, yakni menggerakkan mereka untuk berserah kepada otoritas-Nya yang membebaskan dan menjadi sukarelawan untuk barisan yang telah sedang dalam perjalanan menuju tatanan baru, yakni kerajaan-Nya. Ketiga, Janji Yesus. Kata-kata janji “Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”, Ia mengingatkan murid-murid-Nya bahwa Ia akan hadir di antara mereka dalam cara baru. Janji itu berlaku untuk segala zaman.

5. INJIL KERAJAAN
• Arti “Kerajaan”. Sebuah basileia berupa sebuah wilayah di mana seorang yang berdaulat menjalankan kekuasaannya; dan bisa juga orang yang berada dalam wilayah tersebut dan sebuah otoritas dijalankan atas mereka. Dalam PL arti kerajaan yaitu terdapat dalam Ezr 8:1; 2 Taw 12:1.
• Arti “Kerajaan Allah”. Kerajaan Allah berarti kata itu merujuk ke pemerintahan-Nya, kepemimpinan-Nya, kedaulatan-Nya dan bukan kepada wilayah kekuasaan di mana kerajaan itu dijalankan. Kerajaan Allah, malkuth-Nya, adalah pemerintahan universal-Nya, kedaulatan-Nya atas seluruh bumi. Kerajaan Allah ialah martabat-Nya sebagai raja, pemerintahan-Nya, otoritas-Nya.
• Rahasia Kerajaan. Pasal 4 Injil Markus dan pasal 13 mengandung perumpamaan mengenai “rahasia Kerajaan Allah” (Mark 4:11). Ada gagasan alkitabiah tentang rahasia atau misteri: sesuatu disimpan sebagai rahasia selama berabad-abad tetapi sekarang dinyatakan. Dalam kitab Daniel 2:31-35, berbicara tentang waktu kedatangan kerajaan itu. Yohanes Pembaptis memberitakan Kerajaan Surga (Mat 3:2) dan ia memahami itu sebagai kedatangan Kerajaan yang telah dinubuatkan dalam PL.
• Kapan Kerajaan Itu Akan Datang? Kerajaan Allah, dalam Kristus, telah menciptakan gereja, dan kerajaan Allah bekerja di dunia melalui gereja untuk menunaikan maksud Ilahi untuk memperluas kerajaan-Nya di dunia. Kerajaan Allah bekerja di dunia ini melalui kekuasaan Injil. “Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”.
• Injil Kerajaan. Dalam Matius 24:14, kita menemukan tiga hal: pesan, misi dan motif. Kabar itu adalah Injil Kerajaan, Kabar Baik tentang Kerajaan Allah. Dalam Matius 24:14 berbicara tentang “Injil Kerajaan”, dan Kis 8:12 tentang “memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah”. Injil Kerajaan ini harus diberitakan di seluruh dunia. Dalam Kis 28:23 juga berbicara tentang Injil Kerajaan yang dinyatakan Paulus kepada orang Yahudi di Roma.
• Hakikat Misi Kita. Hakikat misi kita ialah kabar baik tentang kemenangan Kristus atas musuh-musuh Allah dan ini harus diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian kepada semua bangsa. Kabar Baik ini juga harus diberitakan oleh gereja di seluruh dunia untuk menjadi sebuah kesaksian bagi semua bangsa. Hakikat misi kita ini terdapat dalam Matius 24:14.
• Sebuah Motif Untuk Misi. Ketika gereja telah menyelesaikan tugasnya menginjili dunia, Kristus akan datang kembali. Oleh karena itu, sebagai orang yang diberi tugas, maka kita harus melanjutkan tugas Allah itu dan menyelesaikannya. Kalau tugas kita belum selesai, maka Kristus belum datang dan kita harus berusaha untuk menyelesaikan tugas itu. Kita adalah orang realis, realis alkitabiah, yang mengakui kekuasaan kejahatan yang mengerikan namun toh melakukan misi penginjilan dunia untuk memperoleh kemenangan demi Kerajaan Allah hingga Kristus datang kembali dalam kemuliaan untuk menuntaskan kemenangan terakhir dan terbesar itu.
• “Karena Itu Pergilah”. Kerajaan Allah telah menyerang kerajaan iblis, zaman jahat ini telah diserang oleh zaman yang akan datang dalam pribadi Kristus. Segala otoritas sekarang menjadi milik-Nya. “Karena itu pergilah”, ini merupakan perintah Yesus agar kita memberitakan Injil Kerajaan itu kepada siapa saja yang belum mengenal Kristus.

6. BAGAIMANA JIKA INJIL ADALAH KABAR BAIK KERAJAAN?
• Sentralitas Kerajaan. Bagi Markus, Kerajaan adalah kesimpulan terbaik dari seluruh Injilnya. Yesus secara terbuka menegaskan misi-Nya sendiri dalam Luk 4:43. Tanggapan Yesus terhadap Yohanes Pembaptis memperlihatkan bahwa Yesus menganggap pemberitaan dan penyembuhan yang dilakukan-Nya sebagai tanda-tanda Kerajaan. Satu hal yang sangat jelas dalam Yesus adalah bahwa pemberitaan dan peragaan Kerajaan itu merupakan inti pesan dan kehidupan-Nya. Kerajaan yang dberitakan Yesus hadir sekarang dan di masa datang.
• Memasuki Kerajaan. Cara Yesus berbeda secara radikal. Kerajaan itu sudah datang semata-mata sebagai anugerah. Kita memasukinya bukan karena perbuatan atau rekayasa sosial, tapi hanya kalau kita bertobat dan menerima pengampunan Allah (Luk 18:9-14; Mat 18:3).
• Kerajaan Menjadi Nyata. Yesus bukanlah orang yang suka bekerja sendiri tetapi Dia mendirikan persekutuan baru yang terdiri dari para pengikut yang diampuni dan mengampuni, dan yang menentang kejahatan status quo. Zakheus melambangkan status baru itu.
• Komunitas Yang Menggelisahkan. Ada beberapa komunitas: pertama, kaya dan miskin. Hal ini mencakup semua yang tersisihkan, lemah dan dikucilkan dari masyarakat (Luk 6:20-21). Kedua, perempuan. Yesus tampil dengan perempuan di muka umum (Yoh 4:27) dan mengajar mereka teologi (Luk 10:38-42). Ia mengizinkan seorang perempuan untuk membasuh kaki-Nya (Luk 7:36-50). Ketiga, kepemimpinan politik. Yesus mengatakan bahwa model Kerajaan Yesus untuk kepemimpinan adalah kepelayanan (Mark 10:41-45). Keempat, Kaum revolusioner radikal. Jalan damai Yesus untuk menyambut kedatangan Mesias adalah alternatif radikal dan tantangan langsung kepada kaum revolusioner yang reigius dan populer pada zaman-Nya. Kelima, Para pemimpin agama. Yesus menyebut mereka pemandu buta dan munafik, kuburan yang menutupi kesalahan, ular dan ular beludak.
• Pentingnya Redefinisi Atas Kerajaan. Kerajaan mempengaruhi jiwa dan tubuh, individu dan masyarakat. Pemberitaan sepenuhnya mengenai Kabar Baik Kerajaan Yesus hanya mungkin melalui kata dan perbuatan, mujizat, tindakan belas kasihan dan keadilan, dan peragaan kehidupan Yesus sebagai teladan. Kabar Baik tentang Kerajaan menghindarkan gereja untuk tidak selalu asyik dengan dirinya sendiri.

7. YESUS DAN BANGSA BUKAN YAHUDI
• Kitab Maleakhi dan Injil Matius. Semua unsur kitab Maleakhi tercermin dalam Injil Matius. Misalnya Maleakhi 3:2-3, tercermin dalam pasal ketiga Injil Matius. Penghakiman harus dimulai dari rumah Israel. Kemudian harus dimaklumkan kepada semua bangsa. Dengan hal penting inilah Yesus memulai pelayanan-Nya. Injil Matius menggenapi kitab Maleakhi.
• Anak Manusia. Kita mengetahui bahwa Dia tidak memakai gelar “Anak Daud”, penanaman populer untuk Mesias. Ia menyadari bahwa Ia memang “Anak Allah” yang dirujuk dalam Maz 2:7. Tapi gelar yang digunakan-Nya sepanjang pelayanan-Nya adalah “Anak Manusia”. Dalam kitab Daniel pasal 7:13-14 juga berbicara tentang Anak Manusia. Ia mengklaim bahwa gelar itu untuk diri-Nya sendiri, jadi mengindentifikasi diri-Nya sendiri, bukan dengan orang Ibrani atau bangsa Yahudi dengan cara yang eksklusif, melainkan dengan seluruh bangsa manusia, dengan seluruh keluarga umat manusia.
• Sejak Semula. Visi mengenai kerajaan universal merupakan inti yang tidak terpisahkan dari rencana Yesus sejak awal pelayanan-Nya. Yesus sungguh mencita-citakan kekuasaan dunia. Ambisi-Nya untuk memerintah atas segala bangsa itu tidak salah. Malahan, Ia memilih jalan penderitaan dan penebusan sebagaimana yang dibaca-Nya dalam Kitab Suci.
• Pertama-tama Orang Yahudi. Lukas menceritakan misi pemberitaan Injil yang berlangsung kemudian di mana tujuh puluh murid lainnya diutus berdua-dua (Luk 10:1). Sebagaimana kedua belas rasul secara simbolis mewakili kedua belas suku Israel, ketujuh puluh itu menyimbolkan bangsa bukan Yahudi.
• Hubungan Dengan Bangsa Bukan Yahudi. Dalam Matius 15:28, di sini penting karena Yesus sungguh melayani perempuan bukan Yahudi ini dan memuji imannya di hadapan murid-murid-Nya dan orang Yahudi yang menyaksikannya. Hampir pasti juga bahwa perwira yang pelayannya disembuhkan itu juga adalah orang Romawi (Mat 8). Kedatangan serombongan orang Yunani mempercepat krisis akhir dalam hidup batin Yesus: keputusan-Nya untuk maju menuju salib. Jelas bahwa bukan hanya orang Yahudi berbudaya Yunani, tapi orang asing, baik yang ingin tahu maupun pengikut baru agama Yahudi (proselit).
• Minggu Terakhir. Kejadian-kejadian pada minggu terakhir di Yerusalem memperlihatkan kesaksian mengesankan atas kenyataan bahwa Yesus, yang menolak untuk menjadi Mesias Yahudi yang nasionalis, dengan tegas maju menuju salib, dan sadar sepenuhnya bahwa Ia harus mendirikan satu umat baru yang inter-rasial dan internasional, Israel baru, yang telah diperuntukkan mencakup seluruh dunia sebagai sebuah kerajaan rohani.

8. RASUL PAULUS DAN TUGAS PENGINJILAN
• Dipanggil Menjadi Rasul. Kita percaya bahwa Saulus orang Farisi itu, yang kemudian menjadi seorang yang bernama rasul Paulus, termasuk orang Yahudi yang sangat fanatik, yang hidupnya diabdikan untuk membawa berkat-berkat hukum Yahudi kepada orang sezamannya. Tapi kemudian dalam perjalanan ke Damsyik ia ditangkap oleh Yesus Kristus (Flp 3:12). Bila dulu ia memberikan hukum kepada manusia, sekarang ia mempunyai seseorang, yakni Yesus Kristus, untuk diberitakan kepada mereka. Sejak itu Paulus dikuasai oleh satu ketetapan: mengenal Kristus dan membuat-Nya dikenal.
• Dipersiapkan untuk Pelayanan Penginjilan. Allah sengaja memanggil orang ini, yang dikhususkan menjadi pemimpin di masa depan di dalam gereja-Nya dan menempatkannya di bawah otoritas manusia untuk beberapa lama sebelum ia diberikan oleh Allah pelayanan mandiri (Antiokhia).
• Arti Penting Kelompok Rasuli. Kelompok yang bersifat rasuli berarti para anggotanya menganggap diri mereka sebagai utusan Allah keppada dunia yang tidak percaya. Mereka hidup “terus menerus” di bawah paksaan untuk menyeberangi batas antara orang percaya dan tidak percaya untuk mengklaim dunia yang tidak percaya bagi Kristus.
• Strategi Kelompok Rasuli. Ada beberapa rencana dalam penginjilan ke luar Israel: kelompok itu berusaha berkunjung ke semua rumah ibadat Yahudi yang tersebar di seluruh Kerajaan Romawi, mulai di Asia Kecil dan menanam rumah-rumah ibadat mesianik atau jemaaat-jemaat setempat di mana pun ia menemukan orang yang mau mendengarkan Injil.
• Karunia Roh dan Pelayanan. Dalam 1 Kor 12:5, ada rupa-rupa pelayanan. Ini menggarisbawahi perbedaan yang menjadi ciri pelayanan orang Kristen dalam persekutuan jemaat setempat dan di antara bangsa-bangsa di dunia. Bagi Paulus, kata “pelayanan” mencakup seluruh dimensi tugas Kristen (Ef 4:8, 12). “Pelayanan” internal mencakup jemaat setempat kepada Tuhan dalam ibadah (melalui doa, pujian, sakramen dan mendengar Firman Tuhan), pelayanan anggota satu sama lain.
• Gereja dan Misi. Tugas utama gereja: memberitakan Injil kepada semua manusia dan menyatukan semua yang percaya ke dalam kehidupan komunitas gereja. Melalui teladan, ajaran dan doa-doanya, Paulus tetap mengingatkan gereja-gereja itu akan panggilan rasuli mereka. Kita dapat menyimpulkan: jemaat lokal memerlukan tim yang aktif. Gereja memerlukan utusan (Mat 24:14).
• Strategi Penderitaan. Dunia roh selalu hadir dan roh-roh jahat tidak pernah ramah. Ini pengalaman Paulus dan ia menderita agar mampu mengatasinya dengan menggunakan senjata yang disediakan oleh Tuhannya yang jaya. Kabar Baik yang perlu didengar generasi kita sekarang mencakup permulaan Kerajaan Allah oleh Dia yang melumpuhkan semua kekuatan yang menentang. Tapi mereka yang melayani dalam nama-Nya akan menderita.

9. GEREJA DALAM RENCANA ALLAH
• Tuan dari Sebuah Rumah Tangga. Rencana semesta Allah dinyatakan sengan cara yang paling singkat dalam tiga pasal pertama kitab Efesus. Ada 2 fakta yang muncul dalam hal ini yaitu: pertama, Allah mempunyai rencana dan maksud. Kedua, rencana ini mencakup seluruh kosmos (alam semesta). Jadi, dalam Firman Allah jelas mengatakan bahwa kita mulai memahami gereja dan misinya ketika kita melihat gereja sebagai bagian dari rencana dan maksud Allah untuk seluruh ciptaan.
• Bukan Sekadar “Rencana B”. Rencana Allah adalah untuk menyatukan dan mendamaikan segala sesuatu dalam Kristus supaya manusia dapat kembali melayani penciptanya. Jelas sekali bahwa gagasan ini mengenai “pendamaian”. Sehingga rencana Allah adalah pemulihan ciptaan-Nya, untuk mengatasi, dalam kepenuhan yang mulia, kerusakan yang dilakukan kepada manusia dan alam karena kejatuhan dalam dosa.
• Sekarang atau Nanti? Kerajaan Allah telah hadir di sini sekarang, sedang datang dan akan datang. Misteri yang sekarang adalah bahwa orang bukan Yahudi dan juga orang Yahudi boleh berbagi penebusan yang dijanjikan Allah. Sesungguhnya, Yahudi dan bukan Yahudi sudah disatukan ke dalam “sat tubuh”. Jadi semua orang Kristen adalah satu tubuh, “satu manusia baru”. Jadi rahasia rencana Allah adalah bahwa dalam Kristus Allah bertindak dengan kuasa penebusan yang begitu kuat seingga ia dapat mengatasi kebencian dan menyembuhkan segala permusuhan.
• Perspektif Alkitab. Alkitab memperlihatkan gereja di tengah-tengah kebudayaan yang bergumul agar tetap setia tetapi kadang dinodai oleh persekutuan yang tidak wajar dengan berhala dan legalisme Yahudi. Pandangan gereja sangat relevan pada zaman modern karena dipandang dari sisi alkitabiah. Pertama, Alkitab memandang gereja dalam perspektif kosmik/historis. Kedua, Alkitab melihat gereja dalam arti karismatik dan bukan dalam kelembagaan (1 Kor 12; Rom 12:5-9; Ef 4:1-16; Mat 18:20; 1 Pet 4:10-11). Ketiga, Alkitab melihat gereja sebagai persekutuan umat Allah.
• Komunitas Umat Allah. Gereja menjadi umat Allah melalui tindakan Yesus Kristus, dan kenyataan ini membuka pintu bagi kemungkinan persekutuan sejati dan mendalam. Gereja adalah tubuh Kristus, persekutuan Roh Kudus, umat Allah. Gereja adalah persekutuan Raja dan alat dalam dunia dari rencana Allah untuk mendamaikan segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar