Kamis, 22 April 2010

1 Raja-raja 18:1-15 (khotbah)

oleh: Sarmen Sababalat


Tema : Hamba Yang Takut Akan Tuhan
Teks Khotbah : 1 Raja-raja 18:1-15
Sasaran Khotbah : Jemaat Umum
Ide Sentral Teks : Hambamu ini dari sejak kecil takut akan Tuhan
Proposisi : Seorang hamba yang takut akan Tuhan akan menjalankan tugasnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Tuhan.
Tujuan:
1. Jemaat mengetahui bahwa takut akan Tuhan akan membawa kepada keselamatan.
2. Jemaat mengetahui bahwa orang yang takut akan Tuhan selalu menjalankan apa yang diinginkan oleh Tuhan.

Pendahuluan
Bapak, ibu, saudara-saudari yang terkasih,
Sekarang ini banyak para artis yang terlibat daam Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Hal itu terjadi bukan hanya keluarga non Kristen, dari kalangan keluarga Kristen pun terjadi hal demikian. Kekerasan Dalam Rumah Tangga itu terjadi karena tidak adanya komunikasi yang baik atau salah satunya mementingkan kepentingannya sendiri tanpa melihat apa yang dibutuhkan oleh pasangannya. Mereka tidak takut lagi untuk menyiksa pasangannya. Padahal hanya masalah sepele saja sampai kepada kekerasan. Sudah tidak ada lagi keharmonisan dalam keluarga. Misalnya saja penyanyi yang namanya terkenal Pasha “Ungu”. Karena dia tidak dilayani oleh istrinya, dia melakukan kekerasan terhadap isterinya. Dia tidak takut lagi akan apa resiko yang akan dia terima ketika dia melakukan hal demikian. Tapi apakah itu akan menjadi pedoman kita sebagai orang Kristen yang telah diperbaharui oleh Tuhan Yesus? Apakah kita sudah tidak takut lagi dengan Tuhan yang telah menjadikan kita? Sekarang ini sangat jarang orang menjadi hamba yang takut akan Tuhan. Karena kekuasaan, dia seenaknya saja memperlakukan orang lain sesuka hati. Sekarang timbul pertanyaan bagi kita, kalau begitu bagaimana sih hamba yang takut akan Tuhan? Dalam 1 Raja-raja 18:1-15 menerangkan sifat hamba yang takut akan Tuhan

Isi khotbah
I. Menjadi Penolong Dalam Kesusahan (3-4)
Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Dalam bagian ini kita melihat hamba yang takut akan Tuhan. Seorang yang bernama Obaja, dia adalah kepala istana yang sangat dihormati. Dia menjadi kepala istana karena reputasinya yang baik untuk mempertahankan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Ahab. Itu bukan karena perjuangannya sendiri tetapi karena Tuhan. Tuhan yang memberi dia kekuatan sehingga dia boleh memenangkan segala ancaman yang terjadi dan dia boleh mendapatkan kedudukan yang tertinggi dalam kerajaan itu. Dikatakan bahwa dia adalah orang yang sangat takut akan Tuhan. Dia adalah seorang yang tulus dan bersemangat dalam melayani Tuhan dan menyembah-Nya. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri tetapi seluruh hidupnya dia berikan kepada Tuhan. Karena dia seorang yang takut akan Tuhan, dia memberikan pertolongan kepada nabi-nabi Tuhan ketika nabi-nabi Tuhan itu mau dilenyapkan oleh Izebel. Karena dia seorang yang takut akan Tuhan, dia menyembunyikan nabi-nabi Tuhan itu dengan cara membagi-bagi mereka menjadi lima puluh lima puluh. Sungguh perbuatan yang sangat mulia ketika orang lain mengalami penganiayaan. Karena kesalehan yang dia miliki, dia tidak mementingkan dirinya sendiri. Kalau kita pikir-pikir, tentu kalau kita diperhadapkan seperti itu, kita akan mengambil keputusan bahwa lebih baik mengurus urusan pribadi daripada orang yang banyak itu. Lebih baik mengurus keluargaku daripada orang yang banyak itu. Tetapi Obaja berbeda, padahal dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menjaga dan mengamankan kerajaan dari serangan apapun. Dengan rela dia membantu orang yang dalam kesusahan. Dia menjadi penolong bagi orang yang tertindas dan dalam bahaya. Bukan hanya menyembunyikan mereka, tetapi memberi mereka makan dan minum. Sungguh perbuatan yang mulia. Ketika dia mau menolong mereka, dia tidak hanya menyembunyikan mereka, tetapi juga memberikan makan dan minum bagi mereka. Karena takut akan Tuhan, dia menjadi penolong dalam kesusahan. Sifat seorang hamba yang takut akan Tuhan dia tunjukkan dengan memperhatikan orang-orang yang mengalami penderitaan.

Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Perbuatan yang dilakukan oleh Obaja adalah karena dia memiliki sifat yang takut akan Tuhan. Ketika dia menolong orang lain, dia tidak menolong hanya untuk supaya dirinya dikenang, atau dihormati tetapi karena dia mau melakukan hal itu untuk Tuhan. Ketika hal itu diperhadapkan kepada kita, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang yang ada di sekitar kita mengalami kelaparan, tetapi kita hanya berdiam diri saja. Kita hanya sibuk dengan gereja kita sendiri. Kita hanya sibuk apa yang harus kita lakukan supaya gereja kita ini dikenang oleh orang lain. Kita hanya berpikir apakah yang kita lakukan untuk membuat gedung gereja kita ini menjadi gedung yang besar. Tetapi orang-orang yang membutuhkan pertolongan malah kita tidak memperhatikan. Sebetulnya kalau kita memiliki sifat yang takut akan Tuhan, tentu kita akan melakukan hal itu untuk Tuhan bukan untuk manusia. Saya senang melihat tayangan di TV dalam acara “Tolong”. Kebanyakan yang menolong orang yang susah. Orang yang pekerjaannya hanya tukang jamu, penarik becak, atau para buruh. Dengan kata lain bahwa yang menolong adalah orang-orang yang berada dalam kesusahan. Kalau kita pikirkan, kok mereka yang miskin menolong orang miskin? Seperti iklan dalam TV, “masa jeruk minum jeruk?” tetapi itulah kenyataan yang terjadi. Kita yang memliki kelebihan malah sibuk mengurus diri kita sendiri. Kita tidak menjadi penolong bagi orang yang susah. Maka dengan itu, kita diingatkan supaya jangan terlalu sibuk dengan urusan kita, tetapi orang lain adalah sesama kita yang membutuhkan pertolongan kita karena ketika kita melakukan hal itu, maka kita sudah memiliki sifat seorang hamba yang takut akan Tuhan.

II. Tetap Setia Pada Tuhan (9-15)
Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Sifat yang kedua yang kita bisa pelajari dalam perikop ini adalah tetap setia pada Tuhan. Kita kembali melihat sosok Obaja yang tetap setia pada Tuhan. Obaja adalah seorang kepala istana yang setia ketika dia diberi tugas oleh raja Ahab untuk menjelajahi tanah yang mereka bagi. Ketika Obaja dalam perjalanan, tanpa disangka-sangka dia bertemu dengan Elia. Ahab membenci Elia. Dia dipermalukan oleh Elia karena telah menyetujui permintaan Izebel untuk membunuh Nabot, yang kebun anggurnya diinginkan Ahab (1 Raj 21). Karena hal itulah Ahab menjadi marah kepada Elia dan ia ingin membunuh Elia. Itu juga yang menjadi tugas dari Obaja bahwa kalau dia bertemu dengan Elia, dia harus membunuhnya. Tetapi ketika terjadi pertemuan antara Obaja dengan Elia dalam perjalanan, Obaja tidak berani untuk membunuh Elia karena dia juga adalah orang yang takut akan Tuhan. Maka ketika bertemu, Elia sudah mengetahui bahwa itu adalah kepala istana raja Ahab. Maka dia berkata, “Pergilah, katakan kepada rajamu bahwa Elia ada”. Kalau kita berpikir bahwa sebagai orang yang dipercaya oleh raja, tentunya Obaja akan membunuh langsung atau dia cepat-cepat untuk memberitahukan kepada rajanya bahwa Elia ada dan dia ingin bertemu dengannya. Tetapi obaja tidak berpikir hal itu. Dia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Dia malah mengatakan bahwa dia tidak boleh menemui rajanya karena kalau dia bertemu dengan rajanya dan mengatakan bahwa Elia ada dan dia tidak membunuh Elia, maka dia yang akan dibunuh. Dia memiliki prinsip takut akan Tuhan akan mendatangkan keselamatan dan dia tetap setia kepada Tuhan dan berpegang pada apa yang diinginkan oleh Tuhan. Dia melihat dan mempertimbangkan bahwa lebih baik dia kehilangan kedudukan daripada kehilangan Tuhan. Dia berani mengambil resiko karena telah berpegang pada prinsip takut akan Tuhan dan dia tetap setia pada janjinya itu karena dari kecil dia sudah diajar dan dididik oleh Tuhan agar menjalankan segala sesuatu dengan baik dan benar.

Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Kalau kita perhatikan sekarang ini, sangat jarang orang yang setia kepada atasannya apalagi kepada Tuhan. Padahal ketika dia mendapat ppekerjaan yang layak, itu karena atasannya yang memperjuangkannya. Sebetulnya kalau kita perhatikan, Obaja yang memiliki kedudukan yang tinggi, tentu dia akan mempertahankan kedudukan itu dan dia memilih untuk membunuh Elia karena dia mendapat kedudukan itu dari rajanya. Tetapi dia tidak mementingkan jabatan. Dia lebih memilih setia kepada Tuhan daripada setia kepada rajanya. Dia tidak fokus pada kedudukan, tetapi fokus pada apa yang diinginkan Tuhan dalam hidupnya. Dia lebih memilih Tuhan daripada pekerjaannya.

Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Kita tentunya mengenal dan mengetahui tokoh yang terkenal dengan kerendahan hatinya yang mau bergabung dan membantu orang-orang yang miskin dan melarat, yaitu: Mother Theresa. Mother Theresa ini adalah murid dalam sebuah biara. Ketika dia pergi ke Calcuta, India, dia melihat ada banyak orang yang menderita kelaparan dan tidak bisa membaca dan menulis. Dia melihat ada banyak orang yang sakit tetapi tidak bisa dirawat di Rumah Sakit karena tidak ada biaya untuk pengobatan. Suatu ketika, dia mengajukan diri untuk keluar dari biara itu untuk membantu orang-orang yang miskin dan menderita di jalanan. Tetapi pastor tidak memperbolehkannya untuk keluar dari biara itu karena resiko ini adalah resiko berat. Setiap hari dia meminta kepada Tuhan agar dia bisa melayani orang-orang miskin di jalanan. Karena doanya, maka dia diperbolehkan oleh pastor untuk keluar dari biara itu. Sebetulnya kalau dia berada dalam biara itu, dia akan menjadi seorang pengajar di dalam biara itu. tetapi dia tidak memperdulikan hal itu karena menurut dia orang yang sakit yang ada di luar itu lebih penting. Banyak tantangan yang dia temukan ketika dia melayani di luar biara. Di antaranya adalah ketiadaan uang untuk diberikan kepada orang-orang miskin itu, dan juga makanan. Jika seandainya keinginan itu adalah keinginannya sendiri, tentu dia akan kembali ke dalam biara dan tidak lagi membantu orang-orang miskin tersebut. Tetapi dia setia kepada janjinya karena dia diberi tugas oleh Tuhan sampai-sampai dia sendiri menderita penyakit oleh karena menolong orang yang berpenyakitan itu. Sungguh perbuatan yang mulia dan patut kita teladani karena dia yakin bahwa pekerjaan itu adalah untuk Tuhan maka dia setia kepada apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya.

Bapak, ibu, saudara, saudari yang terkasih,
Terkadang ketika kita diperhadapkan dengan masalah seperti yang dihadapi oleh Mother Theresa itu, kita pasti akan lari dan tidak mau menerima pekerjaan itu. Kita tidak setia kepada pekerjaan Tuhan dan kita lebih takut akan keadaan kita dibandingkan dengan takut akan Tuhan. Satu hal yang harus kita ingat adalah ketika kita setia kepada Tuhan dan tidak lari dari tugas kita, maka kita akan mendapatkan keselamatan yang luar biasa dari Tuhan. Seluruh anggota keluarga harus dituntun untuk tetap setia kepada Tuhan, misalnya saja kita berdoa dalam rumah kita masing-masing dan ini jangan berhenti. Karena dengan begitu kita sudah mempermuliakan Tuhan dalam keluarga. Atau kekristenan kita jangan sampai ada yang menggantikan selain percaya kepada Kristus karena dengan demikian maka kita telah menjadi hamba yang takut akan Tuhan.

Kesimpulan
Bapak, ibu saudara, saudari yang terkasih,
Kita telah melihat bahwa ada 2 sifat yang dimiliki oleh seorang hamba yang takut akan Tuhan, yaitu: menjadi penolong dalam kesusahan dan tetap setia pada Tuhan. Sekarang timbul pertanyaan kepada kita, apakah kita sudah memiliki 2 sifat hamba yang takut akan Tuhan itu? Kalau kita belum memiliki kedua sifat itu, maka marilah kita belajar dari seorang yang bernama Obaja yang sejak kecil menjadi orang yang takut akan Tuhan sehingga dia memiliki siifat seperti itu. Dia mau menyerahkan seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan bukan kepada siapa saja. Kiranya Firman Tuhan ini boleh menjadi pendorong bagi kita untuk tetap menjadi orang yang takut akan Tuhan, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar